Jumat, 09 Desember 2011

Kodok, Indikator Perubahan Lingkungan

Kodok Merah (Leptophryne Cruentata) yang hampir punah
Kodok merupakan hewan yang sangat terikat pada habitatnya. Kodok juga sangat peka terhadap perubahan lingkungan. Kepekaan ini dapat dijadikan sebagai indikator terjadinya perubahan lingkungan di sekitarnya. Dampak perubahan lingkungan terlihat pada turunnya populasi yang disertai turunnya keanekaragaman jenis kodok.
Tahun kodok
Tahun 2008 disepakati sebagai Tahun Kodok (Year of Frogs). Penetapan ini berawal dari kekhawatiran banyak ahli kodok di dunia terhadap rentannya eksistensi kodok akibat isu pemanasan global dan besarnya ancaman dari dampak lingkungan. Tujuan penetapan Tahun Kodok untuk mengangkat pamor kodok di dunia.
Bahaya yang dihadapi
Masalah utama yang mengancam populasi dan keanekaragaman jenis kodok di Indonesia adalah hilangnya habitat alami kodok, seperti penggundulan hutan hujan tropis, pencemaran air sungai (berupa limbah rumah tangga dan logam berat), dan konversi lahan basah menjadi areal perkebunan. Pemanfaatan yang berlebihan serta serangan penyakit jamur dan virus juga menjadi menjadi ancaman yang dihadapi kodok.
Jenis kodok endemik Jawa berstatus Kritis (CR):
- Kodok Merah (Leptophryne cruentata)
Hanya terdapat di hutan tropis dataran tinggi Jawa Barat.
- Kodok Pohon Ungaran (Philautus jacobsoni)
Hanya terdapat di hutan tropis Jawa Tengah.
Jenis endemik yang berstatus Rentan (VU):
- Kongkang Jeram (Huia masonii)
- Kodok Pohon Mutiara (Nyctixalus margaritifer)
- Kodok Pohon Kaki Putik (Philautus pallidipes)
- Kodok Pohon Jawa (Rhacophorus javanus)
Kerusakan hutan hujan tropis paling besar di Indonesia terjadi di Pulau Jawa. Kerusakan di Pulau Jawa berdampak nyata pada status jenis-jenis kodok yang terdapat di dalamnya, terutama jenis-jenis yang endemik (tidak terdapat di pulau lain).
Sekilas kodok
Kodok jantan datang ke kolam dan menggunakan teknik unik mereka untuk menarik perhatian kodok betina. Dengan teknik "amplexus", kodok jantan akan memeluk pinggang kodok betina.
Klasifikasi katak dan kodok:• Kerajaan : Animalia
• Filum : Chordata
• Kelas : Amfibia
• Bangsa : Anura
Polusi dan Reproduksi
Jenis-jenis yang tidak tahan terhadap polusi umumnya akan mati pada tingkat metamorfosis dari telur menjadi berudu, sedangkan jenis-jenis yang tahan umumnya akan mengalami pertumbuhan tidak normal atau cacat pada tangan atau kaki yang sangat berperan pada proses kawin kodok. Bila bentuknya tidak normal atau tidak tumbuh, hal itu berpengaruh pada berlanjutnya keturunan jenis kodok itu. Akibatnya, jenis yang tahan terhadap polusi air berangsur-angsur juga punah.
Status IUCN

Punah (Extinct)-EX 34 jenis
Punah di alam (Extinct in the Wild)-EW 1 jenis
Kritis (Critically Endangered)-CR 455 jenis
Genting (Endangered)-EN 768 jenis
Rentan (Vulnerable)-VU 670 jenis
Terancam (Near Threaten)-NT 369 jenis
Perlu Perhatian (least Concern)-LC 2.236 jenis
Data Tidak Cukup (Data Deficient)-DD 1.382 jenis

Kodok dalam Angka
- Dari 6.000 jenis kodok di dunia, 5.915 telah ditelaah statusnya oleh International Union for Conservation and Natural (IUCN) Resources.
- 1.893 berada dalam status terancam dan menuju kepunahan.
- Kodok di Indonesia diketahui 351 jenis yang telah terdeskripsi dengan benar.
- Lebih dari 100 jenis lainnya belum dideskripsikan.
Hidup katak dalam tiap tahap pertumbuhannya rentan akan bahaya. Misalnya katak pohon dalam semalam mampu bertelur sampai 500 butir. Dari 20 telur hanya 1 yang akan menjadi katak, dari 10 katak hanya 1 yang hidup lebih dari setahun.
Kodok berdarah dingin, suhu tubuh berubah sesuai suhu udara. Kulit katak mampu beradaptasi untuk menghindari kekeringan. Katak dapat menyerap air dan embun melalui kulitnya.
Amfibi adalah karnivora, sedangkan kebanyakan berudu adalah herbivora.
Predator kodok dan katak, antara lain, ular, burung, dan rakun.
Mekanisme pertahanan beberapa jenis katak dan kodok
Limnonectes mempunyai geligi seperti taring sebagai alat pertahanan diri. Kulit beracun pada jenis Bufonidae dan Ranidae. Biasanya jenis ini baunya menyengat, berwarna terang. Kulit yang sangat lengket pada jenis suku Microhylidae. Beberapa katak menggembungkan tubuhnya.
Perbedaan katak dan kodok
Katak memiliki:
• Kulit yang halus dan berlendir
• Kaki yang panjang dan kuat
• Kaki belakang yang berselaput
• Dua mata yang menonjol
• Bertelur dalam klaster
Kodok memiliki
• Kulit yang kering dan berbintil
• Badan yang buntek dengan kaki belakang pendek
• Kelenjar paratoid di belakang mata
• Bertelur dalam rantai yang panjang
Pemanfaatan kodok
Fenomena pemanfaatan kodok yang berlangsung sampai saat ini adalah pemanfaatan yang tidak berkelanjutan tanpa memedulikan bentuk pelestarian. Bentuk pemanfaatan yang berpotensi menurunkan populasi kodok adalah konsumsi daging paha kodok. Indonesia adalah negara pengekspor daging paha kodok. Negara tujuan ekspor kodok, antara lain, Belanda, Perancis, Belgia, Portugal, Hongkong, dan Korea.
Jenis-jenis yang diekspor adalah kodok penghuni sawah (Fejervarya spp) dan kodok penghuni perairan berarus deras (Limnonectes spp) yang umumnya berukuran besar (kelompok macrodon). Keunggulan kodok jenis ini adalah kemampuannya beradaptasi dengan lingkungan persawahan dan irigasinya. Kemampuan ini membuat ancaman terhadap status populasi di alam akibat pemanfaatan oleh manusia berkurang, didukung pula dengan bertambahnya habitat persawahan di Sumatera.
Beberapa jenis kodok berukuran besar dimanfaatkan kulitnya sebagai komoditas ekspor bahan baku sarung tangan. Kelompok kodok tersebut adalah dari jenis kodok berkulit kasar (Bufo spp), sedangkan dagingnya tidak dapat dikonsumsi karena mengandung racun.

Sumber :  http://senyawa-kimia.blogspot.com/2010/02/kodok-indikator-perubahan-lingkungan.html